Don Quixote Adalah

Don Quixote Adalah

Miguel de Cervantes Saavedra (1547-1616)  atau di kenal dengan nama Miguel de Cervantes, adalah novelis Spanyol, drama, dan penyair, memiliki reputasi terbaik dun ia, khususnya karyanya tentang "Don Quixote".  Buku ini Don Quixote (1615), di tulis dengan peran pada Alonso Quixano, pemuda hebat otak cerdas, heroisme serdadu ksatria, dimana selalu melakukan tindakan konyol, berbeda, dan aneh ("kegilaan"),  menjadi  Don Quixote de la Mancha.

Atau dengan nama lengkap Sang Bangsawan Cerdik Don Kihote (Don Quixote) dari Mancha, atau dalam bahasa SPanyol sebagai : "El ingenioso hidalgo don Quixote de la Mancha". Novel romantic ini adalah sindiran atau kritik tentang kebudayan pada dogma atau rasionalitas umat manusia. Dan membuka kesadaran  pandangan negara Spanyol pada abad 17. Buku novel "Don Quixote"  memiliki  74 Bab, dengan ketebalan kurang lebih 1553 halaman. Novel ini membawa kecemasan semacam function of anxiety  (Angst)  model Haideggerian, dan kepedulian pada berbagai lapis makna kehidupan unik terdalam pada umat manusia.

Lalu bagimana abstraksi novel Miguel de Cervantes Saavedra

Don Quixote sebuah sejarah perjalanan mencari makna terdalam dalam internalisasi pembatinan guna mememahami dihadapan tanda-tanda kemiripan. Don Quixote melintasi daratan, tanpa batas perbedaan, dan tanpa membedakan dan menyamakan makna identitas dalam makna dualitas atas bawah, muka belakang, kiri kanan, mundur maju, dan segala ketegori-kategorinya. Don Quixote adalah ukuran itu sendiri dia juga bahasa, teks, halaman-halaman yang tercetak, atau ceritra yang telah di tulis. Dia menyusun kata-kata, saling menjalin, menulis diri sendiri, seluruh penjuru angin dunia, diantara kemiripan benda-beda ("hero of same").

Don Quixote adalah kemiripan itu sendiri tanpa dikotomi kesamaan seperti dia meninggalkan jejak dalam bukunya. Seluruh hidupnya adalah mencari kesamaan.

Sedangkan yang non kesamaan memilki modelnya hanya satu jalan yang dapat dilakukan dedemit, dan sihir. Maka semua kata-kata adalah sebuah kesalahan, dan metode kebohongan. Maka tidak ada kemiripan yang mempesona dan mengejutkan. Semua rasionalisme dan pemikiran adalah sihir, kegalauan, kegilaan, dan kesesatan, diturunkan dalam logika  apriori yang dangkal, fakta yang sial, diberi stabilo kuning, merangkum realitas, dan sedikit fikasi yang di hadirkan. Maka akhirnya Don Quixote kemana-mana seorang diri. Seorang diri  karena semua kata-kata dalam dunia mengalienasikan hidup kalau tidak mau dikatakan memusuhi hidup. Penemuka kata baru juga lebih memusuhi kehidupan, dan kebebasan.

Bagaimana kongkitnya makna kedalaman novel Don Quixote.

Ketika saya keluar dari kamar, maka saya akan mengenakan baju-baju public mulai dari aturan jalan kaki, larangan merokok, larangan moral, dan pembatasan-pembatasan lain yang terus mengekang saya. Tetapi dalam 1 tahun berapa UU, Peraturan Menteri, Perda, dan seterusnya tetapi mengapa hidup kita tidak lebih baik, atau malahan mengalami penurunan. {"Lalu apa dasar  Heroisme pembenaran Dogma, UU, dan segala regulasi, ada seada-adanya ini, memasung manusia"}.

Dengan meminjam novel Don Quixote, khususnya pada Heroisme maka saya bisa terangkan bagaimana mungkin dengan segala hormat pada pemilu demokrasi dunia termasuk di Indonesia satu manusia sama dengan satu suara. Bagimana mungkin satu suara keluarga saya di kampung tidak bisa baca tulis, sama dengan suara 1 orang Doktor alumi MIT, atau Harvad atau Professor di Oxford University. Kemudian didalam demokrasi yang mayoritas menang, atau suara mayoritas adalah menjadi mewakili  sebagai pemenang.

Bagimana kalau mayoritasnya di ganti dengan ukuran pendidikan, maka yang bodoh menang, jadi menghasilkan pemimpin yang bodoh. Apakah dogma UU, semua aturan dan lain-lain segala macam sebenarnya  fiksi, ilmiah, homor, tragedy, kebohogan, khayalan, takayul. Apakah kebenaran itu, yang bersifat paradoks, saling mengaliensi.

Lihat Fiksiana Selengkapnya

Petualangan Don Quixote merupakan cerita ‘kesatria kesiangan’ yang mampu menyihir pembacanya untuk percaya terhadap seluruh imajinasinya. Ia berimaji sebagai seorang Don (kesatria) penumpas kejahatan yang terjadi di negerinya. Namun, ‘kesatria kesiangan’ tersebut adalah hasil imajinasinya. Pikirannya dijejali kelimunan mimpi-mimpi dan bayang-bayang, yang tak sanggup dihadapinya di dunia nyata. Bagaimanakah ‘kesatria kesiangan’ tersebut mengambarkan imajinasinya? Dapatkah ia sadar bahwa ia hidup dalam dunia imajinasi? Petualangan Don Quixot atau Don Quixote de la Mancha ini merupakan karya pengarang besar Spanyol, Miguel de Cervantes Saavedra, diterbitkan pertama kali tahun 1605 M. Karya ini merupakan salah satu novel besar yang menjadi perbincangan sepanjang masa, dan telah diterjemahkan ke dalam pelbagai bahasa di belahan dunia Barat.

Satu baris kalimat ini bisa dibilang menjadi quote paling populer sepanjang sejarah dunia sastra.

Quote ini merupakan salah satu kalimat pembuka dari karya pengarang besar Spanyol, Miguel de Cervantes, yaitu The Ingenious Gentleman Don Quixote from La Mancha atau yang akrab disebut Petualangan Don Quixote.

Novel ini dianggap sebagai novel modern pertama di dunia, hingga menjadi panutan bagi penulisan karya-karya fiksi.

Diterbitkan dalam dua volume yaitu pada tahun 1605 dan 1615, Petualangan Don Quixote bisa jadi merupakan salah satu mahakarya besar yang mengubah arah sastra dunia.

Buku ini telah diterjemahkan ke berbagai bahasa di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Buku ini berkisah mengenai sosok Alonso Quixano, seorang bangsawan Spanyol yang telah membaca begitu banyak kisah dongeng ksatria, hingga ia kehilangan akal dan mengidap halusinasi.

Ia merasa menjadi seorang ksatria berkuda seperti dalam kisah dongeng tersebut, dan memutuskan untuk menjadi pahlawan 'kesiangan', bernama Don Quixote de La Mancha.

Tak ketinggalan, seperti layaknya ksatria, ia juga menunggangi seekor kuda kurus bernama Rocinante. Don Quixote juga merekrut seorang petani di desanya, yaitu Sancho Panza sebagai pengawalnya.

Keduanya meninggalkan desa dan bertualang melintasi pedesaan Eropa. Dalam perjalanannya, banyak peristiwa lucu dan seru terjadi.

Mulai dari membantu gadis-gadis yang tersiksa, melawan para raksasa, hingga melawan ketidakadilan. Tapi ternyata, kisah epik ini hanya berkutat di kepala Don Quixote saja.

Otak Don Quixote ‘mengering’ karena terlalu banyak membaca, sehingga ia tidak dapat memisahkan antara fantasi dan realita. Ia benar-benar percaya bahwa dirinya adalah seorang protagonis dalam kisah ksatria heroik rekaannya.

Baca juga: 7 Novel Misteri Terlaris Agatha Christie

Terdengar lucu, memang. Namun, Petualangan Don Quixote lebih dari sekadar kisah komedi. Kisah ini merupakan serangkaian cerita tentang sistem moralitas yang dulu dianggap tabu pada zamannya.

Don Quixote, dalam rangka menggapai cita-citanya menjadi ksatria yang mulia pada abad pertengahan, berupaya untuk memaksa orang-orang pada zamannya menghadapi kegagalan moral mereka.

Buku ini juga mengeksplorasi perbedaan antarkelas atau strata sosial dengan harga diri seseorang, ide yang cukup radikal pada saat itu.

Secara singkat, Petualangan Don Quixote adalah novel yang revolusioner, yaitu menjadi sebuah 'cermin' untuk masyarakat kontemporer.

Petualangan Don Quixote memiliki alur yang sederhana, dan mungkin cenderung membosankan.

Tapi, ini adalah sebuah buku yang di dalamnya memiliki beragam kisah. Mulai dari kisah yang serius, ironi, parodi, retorika, dan kearifan menjadi satu.

Antara kisah fantasi atau realita, semua saling silang. Tak ada kebenaran absolut dalam cerita ini. Kamu akan diajak mengarungi perjalanan antarrealitas yang membingungkan.

Begitu banyak paradoks yang membuat para pembaca mungkin bertanya-tanya, "realitas kehidupan yang kita jalani ini nyata atau fana?"

Buku ini mengajak kita rehat dan santai sejenak, di tengah dunia yang makin serius.

Terkadang, manusia perlu sesekali hiburan dan liburan, salah satu caranya adalah dengan menghidupkan kembali imajinasi kita.

Kisah dari Don Quixote membuktikan bahwa pengaruh tulisan dan lisan sama dahsyatnya bagi manusia.

Dengan membaca, kita bisa masuk dalam dunia yang selalu membuat penasaran, meski kita sadar ini adalah hanya sekadar imaji tulisan.

Baca juga: Rekomendasi Novel Sci-Fi & Fantasi Best Seller

Gimana? Makin penasaran dengan cerita Don Quixote?

Tenang saja, buku Petualangan Don Quixote dapat kamu temukan hanya di Gramedia.com. Tunggu apa lagi?

Beli bukunya sekarang di Gramedia.com

Photo header by: Outdooractive.com

Don Kisot, Don Kihote, atau sesuai ejaan aslinya Don Quixote ( or ;[1]), adalah salah satu novel karya Miguel de Cervantes. Novel ini diterbitkan dalam 2 volume, pada tahun 1605 dan 1615, dengan nama lengkap Sang Bangsawan Cerdik Don Kihote dari Mancha (bahasa Spanyol: El ingenioso hidalgo don Quixote de la Mancha). Don Quixote dianggap sebagai salah satu karya literatur dari Era Keemasan Spanyol dan kesusastraan Spanyol yang paling berpengaruh sepanjang masa. Sebagai salah satu novel pertama dalam kanon sastra Barat modern, novel ini sering muncul dalam daftar karya fiksi terbaik sepanjang masa, seperti Bokklubben World Library yang mengutip Don Quixote sebagai pilihan penulis untuk "karya literatur terbaik yang pernah ditulis".[2]

Novel ini sesungguhnya adalah dua buku terpisah yang meliputi petulangan-petulangan Don Quixote, yang juga dikenal sebagai ksatria atau laki-laki dari La Mancha, seorang pahlawan yang mengemban antusiasmenya serta penipuan dirinya sendiri sehingga terjadilah akhir yang tidak diharapkan namun lucu. Di satu sisi, Don Quixote berfungsi sebagai sebuah satir romansa kaum ksatria yang menguasai dunia sastra pada zaman Cervantes. Namun, novel ini juga memungkinkan Cervantes menerangi berbagai aspek dari sifat manusia dengan menggunakan contoh-contoh yang konyol dari Don Quixote yang dikuasai oleh ilusinya sendiri.

Karena novel ini – khususnya bagian pertamanya – ditulis dalam bagian-bagian yang diterbitkan secara terpisah-pisah, dalam penulisannya terjadi beberapa hal yang tidak saling berkaitan. Dalam pendahuluan dari bagian keduanya, Cervantes sendiri menunjukkan beberapa dari kesalahan ini. Namun ia enggan mengoreksinya, karena ia menganggap semua itu telah dikecam oleh para kritikusnya dengan berlebih-lebihan.

Cervantes dengan penuh semangat mencoba menggambarkan tokohnya dengan hidup, seperti yang terbukti oleh karya-karyanya. Di bawah pengaruh perasaan ini, ia membuat potret yang alamiah dan mencolok tentang Don Quixote yang penuh dengan jiwa kepahlawanan. Ia digambarkan sebagai seseorang yang berjiwa luhur, dan begitu semangat mengagumi segala sesuatu yang baik dan agung. Meskipun ia memiliki semua sifat yang baik itu, kebetulan saja ia berwatak agak gila. Ia pun digambarkan sebagai orang yang setia. Sancho Panza adalah tokoh yang sebaliknya. Ia kasar dan berpikiran sederhana. Egoismenya yang rendah menyebabkannya menaruh kepercayaan buta terhadap segala harapan dan janji yang muluk dari tuannya. Tokoh-tokoh yang lebih rendah di dalam novel ini melukiskan kebenaran dan keputusan yang setara.

Kesalahan terbesar yang mungkin dilakukan oleh seorang penerjemah adalah membuat karya ini tampil dalam gaya yang ringan dan lucu. Gaya yang sama sekali tidak berpura-pura dan bebas dari kepura-puraan, tetapi pada saat yang sama tenang dan, seolah-olah, dipenuhi oleh watak seorang pahlawan, memenuhi roman lucu ini dengan suasana yang mengesankan, yang tampaknya hanya ditemukan dalam karya-karya serius dan yang pasti sulit ditangkap dalam sebuah terjemahan.

Cervantes layak disebut genius untuk puisi dramatis, tetapi ia tidak dapat menjaga kemandiriannya dalam konflik yang harus dipertahankannya sesuai dengan syarat-syarat yang dituntut oleh publik Spanyol dalam komposisi drama. Ketika ia mengorbankan kemandiriannya, dan takluk kepada aturan-aturan yang dipaksakan oleh orang lain, temuan dan bahasanya merosot hingga menjadi tahap seorang penyair yang tidak berbakat. Intrik, petualangan, dan kejuatan yang pada masanya menjadi ciri drama Spanyol, tidak cocok dengan kecerdasan Cervantes. Gayanya yang alamiah terlalu dalam dan tajam untuk didamaikan dengan gagasan-gagasan ideal yang diungkapkan dalam sanjak yang tidak beraturan. Namun ia cukup puas dengan drama yang, sebagai seorang penyair, tidak dapat ditirunya. Ia membayangkan dirinya mampu meniru semua itu, karena apabila selera publik menyesuaikan diri dengan kecerdasannya, Cervantes tentu akan bersinar dalam jenis komposisi drama lainnya.

Satu baris kalimat ini bisa dibilang menjadi quote paling populer sepanjang sejarah dunia sastra.

Quote ini merupakan salah satu kalimat pembuka dari karya pengarang besar Spanyol, Miguel de Cervantes, yaitu The Ingenious Gentleman Don Quixote from La Mancha atau yang akrab disebut Petualangan Don Quixote.

Novel ini dianggap sebagai novel modern pertama di dunia, hingga menjadi panutan bagi penulisan karya-karya fiksi.

Diterbitkan dalam dua volume yaitu pada tahun 1605 dan 1615, Petualangan Don Quixote bisa jadi merupakan salah satu mahakarya besar yang mengubah arah sastra dunia.

Buku ini telah diterjemahkan ke berbagai bahasa di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Buku ini berkisah mengenai sosok Alonso Quixano, seorang bangsawan Spanyol yang telah membaca begitu banyak kisah dongeng ksatria, hingga ia kehilangan akal dan mengidap halusinasi.

Ia merasa menjadi seorang ksatria berkuda seperti dalam kisah dongeng tersebut, dan memutuskan untuk menjadi pahlawan 'kesiangan', bernama Don Quixote de La Mancha.

Tak ketinggalan, seperti layaknya ksatria, ia juga menunggangi seekor kuda kurus bernama Rocinante. Don Quixote juga merekrut seorang petani di desanya, yaitu Sancho Panza sebagai pengawalnya.

Keduanya meninggalkan desa dan bertualang melintasi pedesaan Eropa. Dalam perjalanannya, banyak peristiwa lucu dan seru terjadi.

Mulai dari membantu gadis-gadis yang tersiksa, melawan para raksasa, hingga melawan ketidakadilan. Tapi ternyata, kisah epik ini hanya berkutat di kepala Don Quixote saja.

Otak Don Quixote ‘mengering’ karena terlalu banyak membaca, sehingga ia tidak dapat memisahkan antara fantasi dan realita. Ia benar-benar percaya bahwa dirinya adalah seorang protagonis dalam kisah ksatria heroik rekaannya.

Baca juga: 7 Novel Misteri Terlaris Agatha Christie

Terdengar lucu, memang. Namun, Petualangan Don Quixote lebih dari sekadar kisah komedi. Kisah ini merupakan serangkaian cerita tentang sistem moralitas yang dulu dianggap tabu pada zamannya.

Don Quixote, dalam rangka menggapai cita-citanya menjadi ksatria yang mulia pada abad pertengahan, berupaya untuk memaksa orang-orang pada zamannya menghadapi kegagalan moral mereka.

Buku ini juga mengeksplorasi perbedaan antarkelas atau strata sosial dengan harga diri seseorang, ide yang cukup radikal pada saat itu.

Secara singkat, Petualangan Don Quixote adalah novel yang revolusioner, yaitu menjadi sebuah 'cermin' untuk masyarakat kontemporer.

Petualangan Don Quixote memiliki alur yang sederhana, dan mungkin cenderung membosankan.

Tapi, ini adalah sebuah buku yang di dalamnya memiliki beragam kisah. Mulai dari kisah yang serius, ironi, parodi, retorika, dan kearifan menjadi satu.

Antara kisah fantasi atau realita, semua saling silang. Tak ada kebenaran absolut dalam cerita ini. Kamu akan diajak mengarungi perjalanan antarrealitas yang membingungkan.

Begitu banyak paradoks yang membuat para pembaca mungkin bertanya-tanya, "realitas kehidupan yang kita jalani ini nyata atau fana?"

Buku ini mengajak kita rehat dan santai sejenak, di tengah dunia yang makin serius.

Terkadang, manusia perlu sesekali hiburan dan liburan, salah satu caranya adalah dengan menghidupkan kembali imajinasi kita.

Kisah dari Don Quixote membuktikan bahwa pengaruh tulisan dan lisan sama dahsyatnya bagi manusia.

Dengan membaca, kita bisa masuk dalam dunia yang selalu membuat penasaran, meski kita sadar ini adalah hanya sekadar imaji tulisan.

Baca juga: Rekomendasi Novel Sci-Fi & Fantasi Best Seller

Gimana? Makin penasaran dengan cerita Don Quixote?

Tenang saja, buku Petualangan Don Quixote dapat kamu temukan hanya di Gramedia.com. Tunggu apa lagi?

Beli bukunya sekarang di Gramedia.com

Photo header by: Outdooractive.com

Satu baris kalimat ini bisa dibilang menjadi quote paling populer sepanjang sejarah dunia sastra.

Quote ini merupakan salah satu kalimat pembuka dari karya pengarang besar Spanyol, Miguel de Cervantes, yaitu The Ingenious Gentleman Don Quixote from La Mancha atau yang akrab disebut Petualangan Don Quixote.

Novel ini dianggap sebagai novel modern pertama di dunia, hingga menjadi panutan bagi penulisan karya-karya fiksi.

Diterbitkan dalam dua volume yaitu pada tahun 1605 dan 1615, Petualangan Don Quixote bisa jadi merupakan salah satu mahakarya besar yang mengubah arah sastra dunia.

Buku ini telah diterjemahkan ke berbagai bahasa di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Buku ini berkisah mengenai sosok Alonso Quixano, seorang bangsawan Spanyol yang telah membaca begitu banyak kisah dongeng ksatria, hingga ia kehilangan akal dan mengidap halusinasi.

Ia merasa menjadi seorang ksatria berkuda seperti dalam kisah dongeng tersebut, dan memutuskan untuk menjadi pahlawan 'kesiangan', bernama Don Quixote de La Mancha.

Tak ketinggalan, seperti layaknya ksatria, ia juga menunggangi seekor kuda kurus bernama Rocinante. Don Quixote juga merekrut seorang petani di desanya, yaitu Sancho Panza sebagai pengawalnya.

Keduanya meninggalkan desa dan bertualang melintasi pedesaan Eropa. Dalam perjalanannya, banyak peristiwa lucu dan seru terjadi.

Mulai dari membantu gadis-gadis yang tersiksa, melawan para raksasa, hingga melawan ketidakadilan. Tapi ternyata, kisah epik ini hanya berkutat di kepala Don Quixote saja.

Otak Don Quixote ‘mengering’ karena terlalu banyak membaca, sehingga ia tidak dapat memisahkan antara fantasi dan realita. Ia benar-benar percaya bahwa dirinya adalah seorang protagonis dalam kisah ksatria heroik rekaannya.

Baca juga: 7 Novel Misteri Terlaris Agatha Christie

Terdengar lucu, memang. Namun, Petualangan Don Quixote lebih dari sekadar kisah komedi. Kisah ini merupakan serangkaian cerita tentang sistem moralitas yang dulu dianggap tabu pada zamannya.

Don Quixote, dalam rangka menggapai cita-citanya menjadi ksatria yang mulia pada abad pertengahan, berupaya untuk memaksa orang-orang pada zamannya menghadapi kegagalan moral mereka.

Buku ini juga mengeksplorasi perbedaan antarkelas atau strata sosial dengan harga diri seseorang, ide yang cukup radikal pada saat itu.

Secara singkat, Petualangan Don Quixote adalah novel yang revolusioner, yaitu menjadi sebuah 'cermin' untuk masyarakat kontemporer.

Petualangan Don Quixote memiliki alur yang sederhana, dan mungkin cenderung membosankan.

Tapi, ini adalah sebuah buku yang di dalamnya memiliki beragam kisah. Mulai dari kisah yang serius, ironi, parodi, retorika, dan kearifan menjadi satu.

Antara kisah fantasi atau realita, semua saling silang. Tak ada kebenaran absolut dalam cerita ini. Kamu akan diajak mengarungi perjalanan antarrealitas yang membingungkan.

Begitu banyak paradoks yang membuat para pembaca mungkin bertanya-tanya, "realitas kehidupan yang kita jalani ini nyata atau fana?"

Buku ini mengajak kita rehat dan santai sejenak, di tengah dunia yang makin serius.

Terkadang, manusia perlu sesekali hiburan dan liburan, salah satu caranya adalah dengan menghidupkan kembali imajinasi kita.

Kisah dari Don Quixote membuktikan bahwa pengaruh tulisan dan lisan sama dahsyatnya bagi manusia.

Dengan membaca, kita bisa masuk dalam dunia yang selalu membuat penasaran, meski kita sadar ini adalah hanya sekadar imaji tulisan.

Baca juga: Rekomendasi Novel Sci-Fi & Fantasi Best Seller

Gimana? Makin penasaran dengan cerita Don Quixote?

Tenang saja, buku Petualangan Don Quixote dapat kamu temukan hanya di Gramedia.com. Tunggu apa lagi?

Beli bukunya sekarang di Gramedia.com

Photo header by: Outdooractive.com